Di era konsumen yang semakin kritis, konsistensi informasi pada kemasan makanan bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi juga faktor penentu kepercayaan. Setiap detail—mulai dari tanggal kedaluwarsa, batch number, komposisi, hingga kode produksi—harus tampil jelas, mudah dibaca, dan konsisten di semua kemasan.
Table of Contents
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM, 2023), kesalahan pelabelan atau informasi yang tidak jelas termasuk salah satu penyebab utama penarikan produk (recall) di Indonesia. Artinya, setiap produsen makanan wajib memastikan informasi produk tercetak dengan benar dan konsisten.
Menurut Gressler, konsistensi bukan hanya soal tampilan kemasan, tetapi juga soal coding & marking presisi yang menjamin traceability, kepatuhan, dan perlindungan merek.
Apa Itu Konsistensi Informasi Produk di Kemasan Makanan?
Konsistensi informasi produk di kemasan makanan adalah keseragaman, kejelasan, dan keterbacaan data penting yang tercetak pada setiap unit kemasan. Informasi tersebut mencakup elemen wajib seperti:
Tanggal kedaluwarsa (expired date)
Nomor batch atau kode produksi
Informasi gizi dan komposisi bahan
Label alergen
Nomor izin edar BPOM atau standar internasional lain (FDA, ISO, HACCP)
Dengan kata lain, setiap kemasan—baik 10, 100, atau 1.000 unit—harus memiliki informasi yang sama, jelas terbaca, dan sesuai regulasi.
Konsistensi ini penting untuk:
Traceability (ketertelusuran produk): memudahkan pelacakan batch tertentu jika ada masalah kualitas atau recall.
Kepatuhan regulasi: memenuhi standar BPOM di Indonesia maupun badan internasional.
Keamanan konsumen: memastikan informasi yang dibaca konsumen sama dengan yang diproduksi.
Brand trust: menunjukkan profesionalisme dan tanggung jawab produsen.
Menurut BPOM RI, label pangan wajib berisi informasi yang benar, jelas, dan tidak menyesatkan. Ketidakkonsistenan informasi bisa berujung pada sanksi atau penarikan produk.
Baca juga: 4 Langkah Menjaga Traceability Produk di Pabrik Makanan
Mengapa Konsistensi Informasi Produk Sangat Penting?
1. Kepatuhan Regulasi
- Setiap negara memiliki aturan ketat terkait pelabelan makanan.
- Di Indonesia, BPOM mengatur standar informasi wajib seperti tanggal kedaluwarsa, nomor izin edar, dan komposisi.
- Ketidaksesuaian informasi dapat mengakibatkan sanksi administratif hingga penarikan produk dari pasar.
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization, 2022), kesalahan pelabelan adalah salah satu risiko keamanan pangan global yang paling sering terjadi.
2. Keamanan Konsumen
Informasi yang tidak jelas berpotensi membahayakan konsumen, terutama yang memiliki alergi atau kebutuhan khusus.
- Tanggal kedaluwarsa yang buram bisa membuat konsumen mengonsumsi produk berisiko.
- Informasi gizi yang tidak konsisten bisa memicu masalah kesehatan.
3. Reputasi & Kepercayaan Brand
- Konsumen lebih percaya pada merek yang konsisten dalam penyajian informasi.
- Kesalahan kecil, seperti batch code yang hilang atau tidak terbaca, bisa berdampak besar pada citra merek.
Menurut NielsenIQ (2023), 73% konsumen global menyatakan bahwa transparansi informasi produk memengaruhi keputusan mereka untuk membeli kembali.
Faktor yang Sering Menyebabkan Inkonsistensi Informasi
1. Kualitas Cetak yang Buruk
- Printer lama atau kurang presisi menghasilkan kode buram atau mudah hilang.
- Tinta yang tidak sesuai dengan material kemasan membuat hasil cetakan tidak terbaca.
2. Human Error
- Kesalahan input data oleh operator.
- Salah pengaturan mesin coding sehingga batch number berbeda antar-produk.
3. Lingkungan Produksi
- Suhu dan kelembapan tinggi bisa merusak kualitas cetak.
- Permukaan kemasan yang licin atau berdebu sulit dicetak.
Menurut University of Cambridge (2021), lebih dari 30% kasus kesalahan informasi produk disebabkan oleh faktor manusia, bukan teknologi.
Baca juga: 6 Cara Efektif Atasi Tantangan Produksi Makanan Musiman
Teknologi yang Membantu Menjaga Konsistensi Informasi
Mesin Coding & Marking Presisi
- CIJ (Continuous Inkjet): cocok untuk produksi berkecepatan tinggi.
- TIJ (Thermal Inkjet): hasil cetak tajam pada karton dan kemasan fleksibel.
- Laser Marking: hasil permanen, bebas tinta, ramah lingkungan.
Sistem Otomasi & Digitalisasi
- Integrasi database produk dengan mesin coding untuk mengurangi human error.
- Otomatisasi line changeover agar informasi selalu sesuai batch.
Menurut European Food Safety Authority (EFSA, 2022), otomasi dan integrasi data adalah solusi efektif untuk mengurangi kesalahan pelabelan hingga 60%.
Menurut Gressler, pemilihan mesin coding yang tepat akan menentukan keberhasilan produsen menjaga konsistensi. Kode yang konsisten bukan hanya memenuhi regulasi, tetapi juga melindungi konsumen sekaligus memperkuat brand value.
Studi Kasus: Dampak Inkonsistensi Informasi
- Kasus internasional: Pada 2021, FDA (Food and Drug Administration, AS) melakukan recall pada ribuan produk makanan ringan karena label alergen yang tidak konsisten.
- Kasus di Indonesia: BPOM beberapa kali merilis peringatan publik terkait makanan tanpa tanggal kedaluwarsa yang jelas.
Akibatnya:
- Kerugian finansial karena recall dan denda.
- Reputasi brand menurun drastis.
- Konsumen kehilangan kepercayaan.
Langkah Strategis Menjaga Konsistensi Informasi Produk
1. Standarisasi Data
Gunakan sistem terpusat untuk memastikan semua lini produksi menggunakan data yang sama.
2. Pemilihan Teknologi Coding yang Tepat
Sesuaikan mesin coding dengan jenis kemasan (plastik, botol kaca, karton, logam).
3. Pelatihan Operator
Latih operator untuk memahami pentingnya konsistensi informasi dan cara mengoperasikan mesin dengan benar.
4. Monitoring & Audit Berkala
Lakukan pengecekan rutin untuk memastikan kualitas cetak tetap terjaga.
Menurut Kementerian Perindustrian RI (2023), penerapan standar industri 4.0 di sektor makanan terbukti meningkatkan akurasi data produksi hingga 25%.
FAQ seputar Konsistensi Informasi Produk
1. Apa yang dimaksud konsistensi informasi produk?
Konsistensi berarti informasi pada setiap kemasan sama, jelas terbaca, dan sesuai regulasi.
2. Apa risiko jika informasi tidak konsisten?
Risiko recall, sanksi BPOM, kerugian finansial, dan reputasi brand menurun.
3. Bagaimana cara menjaga konsistensi informasi?
Gunakan mesin coding presisi, database terpusat, dan audit rutin.
4. Apakah UMKM perlu memperhatikan konsistensi?
Ya, karena konsumen UMKM juga menuntut kejelasan informasi dan kepatuhan regulasi.
5. Apa hubungan coding & marking dengan konsistensi?
Coding presisi memastikan batch number, tanggal kedaluwarsa, dan kode produksi tercetak jelas dan konsisten.
6. Apakah ada dukungan pemerintah?
Ya, melalui regulasi BPOM dan program digitalisasi industri oleh Kemenperin.
Kesimpulan
Konsistensi informasi pada kemasan makanan adalah kunci untuk melindungi konsumen, memenuhi regulasi, dan menjaga reputasi merek.
Menurut Gressler, produsen makanan yang berinvestasi pada sistem coding & marking presisi akan jauh lebih siap menghadapi tantangan pasar dan regulasi ketat.
Jika Anda ingin memastikan informasi produk selalu konsisten dan jelas di setiap kemasan, Gressler siap membantu dengan solusi coding & marking modern serta layanan purna jual yang andal.